A (orang kafir) : “Hei kamu! Ngapain kamu cuci kaki di wastafel? Dasar jorok!”.
B (orang muslim) : “Saya sedang berwudhu.”
A : “Hoo…Apakah agamamu mengajarkan kejorokan seperti ini? Wastafel itu bukan tempat untuk cuci kaki, tapi tempat untuk cuci tangan atau muka!!”
B : “Tidak ada salahnya saya berwudhu disini. Apakah ada larangan?”
A : “Tidak sopan itu namanya! Masak tempat untuk cuci muka dipakai untuk cuci kaki? Berarti agamamu tidak mengajarkan kebersihan!”
B : “Agama saya mengajarkan kebersihan dan kesopanan. Makanya saya berani cuci kaki di wastafel ini karena kaki saya lebih bersih dari muka kamu.”
A : “Bersih dari mana? Kamu jangan macam2 sama saya!”
A : “Bersih dari mana? Kamu jangan macam2 sama saya!”
B : “Saya mau tanya, berapa kali kamu cuci muka dalam sehari?”
A : “Saya cuci muka antara 2 atau 3 kali dalam sehari. Memang kenapa?”
B : “Kamu cuci muka hanya 2 atau 3 kali dalam sehari, sedangkan saya cuci kaki minimal 5 kali dalam sehari.”
A : “Hoo…saya tidak percaya… Untuk apa kamu cuci kaki minimal 5 kali dalam sehari?”
B : “Agama kami mewajibkan shalat 5 waktu dalam sehari. Sedangkan sebelum shalat kami diperintahkan untuk berwudhu, yaitu mencuci tangan, muka dan juga kaki. Karena itu kami mencuci kaki kami minimal 5 kali sehari. Berarti hal itu menunjukkan kaki saya lebih bersih daripada muka kamu. Makanya saya berani mencuci kaki saya di wastafel ini. Paham?”
A : Gubraaaaak!!
(Diambil dari anekdot yang diceritakan oleh Syaikh Nashir al Jizany, dengan sedikit perubahan, penambahan dan penyesuaian kata).
Sumber : http://gizanherbal.wordpress.com/2011/12/01/nasib-orang-yang-berwudhu-di-wastafel/
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.