Oleh : Ust. Ashim bin Musthafa
A. Pendahuluan
Pembahasan yang sederhana, mungkin itu yang terbetik pada benak sebagian orang saat menyaksikan judul di atas. Sungguhpun sederhana, namun, jangan salah, ternyata sebagian orang masih saja keliru menerapkan penggunaan tangannya. Justru, pembahasan materi semacam ini akan kian memantapkan aspek keindahan dan kesempurnaan Islam yang telah dinyatakan oleh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu". [QS. Al-Mâidah/5:3]
B. Al-Qur`an Memuji Golongan Kanan
Al-Qur`an sebagai sumber hukum Islam menyebutkan penggolongan manusia di akhirat kelak. Menariknya, ialah penggolongan umat manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan. Golongan pertama ini sangat identik dengan orang-orang baik, taat kepada Allah Azza wa Jalla, dan memperoleh keselamatan, kebahagiaan, kenikmatan dan keberuntungan di akhirat kelak. Saking gembiranya atas hasil catatannya yang baik, mereka berkemauan memperlihatkannya kepada orang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". [QS. Al-Hâqqah/69:19]
A. Pendahuluan
Pembahasan yang sederhana, mungkin itu yang terbetik pada benak sebagian orang saat menyaksikan judul di atas. Sungguhpun sederhana, namun, jangan salah, ternyata sebagian orang masih saja keliru menerapkan penggunaan tangannya. Justru, pembahasan materi semacam ini akan kian memantapkan aspek keindahan dan kesempurnaan Islam yang telah dinyatakan oleh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu". [QS. Al-Mâidah/5:3]
B. Al-Qur`an Memuji Golongan Kanan
Al-Qur`an sebagai sumber hukum Islam menyebutkan penggolongan manusia di akhirat kelak. Menariknya, ialah penggolongan umat manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan. Golongan pertama ini sangat identik dengan orang-orang baik, taat kepada Allah Azza wa Jalla, dan memperoleh keselamatan, kebahagiaan, kenikmatan dan keberuntungan di akhirat kelak. Saking gembiranya atas hasil catatannya yang baik, mereka berkemauan memperlihatkannya kepada orang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". [QS. Al-Hâqqah/69:19]
Dan kedua, golongan yang  menerimanya dengan tangan kiri. Mereka ini kumpulan orang yang dirundung  kesedihan dan perasaan hancur karena buruknya catatan yang terkandung  di buku amalan mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Adapun orang-orang yang  diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai  alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)". [QS. Al-Hâqqah/69:25]
Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah  mengkiaskan kejadian di atas dengan peristiwa pada hari penerimaan  rapot anak-anak di sekolah. Dapat disaksikan bila siswa menerima rapot  dengan hasil baik (lulus ujian), maka ia akan memamerkannya kepada  teman-teman dan kaum kerabatnya. Berbeda dengan siswa yang tidak lulus,  maka ia akan berandai-andai agar tidak pernah menerima rapot, apalagi  sampai melihatnya.[1]
C. Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Menyukai Menggunakan Tangan Kanan Untuk Perkara-Perkara Baik
Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan contoh bagi umatnya agar  mendahulukan tangan kanan (bagian anggota tubuh sebelah kanan) dalam  perkara-perkara baik atau penting. Sementara tangan kiri, beliau  menggunakannya untuk hal-hal yang bersangkut-paut dengan yang  kotor-kotor atau najis. Demikianlah garis besar kaidah dari Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Aisyah Radhiyallahu 'anha menceritakan  perihal kaidah itu:
كَانَتْ  يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيُمْنَى  لِطُهُورِهِ وَطَعَامِهِ وَكَانَتْ يَدُهُ الْيُسْرَى لِخَلَائِهِ وَمَا  كَانَ مِنْ أَذًى
"Bahwa tangan kanan Rasulullah  dipergunakan dalam bersuci dan makan. Adapun tangan kiri, dipakai untuk  membersihkan bekas kotoran dari buang hajat dan perkara-perkara yang  najis (najis)" [Hadits shahih riwayat Abu Dawud]
Imam an-Nawawi rahimahullah  berkata: “Disunnahkan menggunakan tangan kanan dalam perkara-perkara  yang mengandung segi kemuliaan. Dan sebaliknya, menggunakan tangan kiri  dalam urusan yang mengandung kejelekan”[2]
D. Perincian Penggunaan Tangan Kanan Atau Mendahulukan Anggota Tubuh Sebelah Kanan Dalam Riwayat Hadits :
1. Bersuci
Dasarnya, hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha yang diriwayatkan Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim, ia berkata:
كَانَ  النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ  فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
"Nabi lebih menyukai menggunakan sebelah kanan dalam urusan-urusan beliau; dalam mengenakan sandal, menyisir dan besuci"
Maksudnya, dalam bersuci  (berwudhu atau mandi besar) terlebih dahulu mendahulukan tangan kanan  dan kaki kanannya (atau anggota tubuh bagian kanan). Demikian pula dalam  menyisir rambut, beliau memulai dari sisi kanan. Dalam menggunakan  sandal pun, beliau memulainya dengan kaki kanan.[3]
Dalam hadits lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا لَبِسْتُمْ وَإِذَا تَوَضَّأْتُمْ فَابْدَءُوا بِأَيَامِنِكُمْ
"Jika kalian akan mengenakan  pakaian dan berwudhu, mulailah dengan sebelah kanan kalian" [HR. Abu  Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih]
Adapun dua telinga dihitung satu  anggota tubuh, karena masuk dalam bagian kepala yang dibasuh sekaligus,  tanpa mempertimbangkan bagian kanan atau kirinya.[4]
2. Memandikan Jenazah
Disebutkan  dalam riwayat, kaum wanita menghadiri pemandian jenazah putri  Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Zainab. Rasulullah berkata  kepada mereka:
ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا ….
“Mulailah dengan anggota-anggota badan sebelah kanan” [Muttafaqun ‘alaih]
Maksudnya, mendahulukan tangan kanan daripada tangan kiri, kaki kanan daripada kaki kiri, sisi kanan ketimbang sisi kiri
3. Makan Dan Minum
Pada  masalah ini, ketegasan penggunaan tangan kanan dari Rasulullah telah  dilupakan oleh sebagian kaum Muslimin. Sementara orang lebih  mengedepankan tangan kiri, entah untuk mengambil makanan, gorengan  misalnya, dan lantas menyantapnya, maupun saat menegukkan air dari  sebuah gelas ke mulut.
Menggunakan tangan kiri untuk  makan dan minum termasuk kebiasaan makhluk terlaknat, setan. Dan kaum  Muslimin diperintahkan menjauhi perilaku dan langkah-langkah makhluk  sumber keburukan itu. Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan:
إِذَا  أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ  بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ  بِشِمَالِهِ
"Jika salah seorang dari kalian  akan makan, hendaknya makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin  minum, hendaknya minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan  dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya" [HR. Muslim]
Syaikh al-‘Utsaimîn rahimahullah  mengatakan, bila Anda melihat dua orang, salah satu dari mereka makan  dan minum dengan tangan kanan dan yang lain menggunakan tangan kirinya,  maka orang pertama sedang menjalankan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi  wa sallam dan orang kedua berada di atas petunjuk setan. Apakah ada  seorang Muslim yang berkenan mengikuti petunjuk setan dan  mengesampingkan petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.?[5]
Karenanya, Syaikh al-‘Utsaimîn  rahimahullah berpesan, orang tua wajib mengajari anak-anaknya agar makan  dan minum dengan tangan kanan
4. Mencukur Rambut
Sehubungan  dengan mencukur rambut, terdapat petunjuk Rasulullah untuk meminta  tukang cukur agar memulai pengguntingan rambut dari sebelah kanan  kepala.
Dari Anas Radhiyallahu 'anhu,  bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dalam musim haji)  pergi ke Mina. Kemudian beliau melontar jumrah. Setelah itu, kembali ke  tempat beliau menginap di Mina dan menyembelih hewan onta. Kemudian,  berkata kepada tukang cukur, "Ambil sini (dulu). Beliau menunjuk bagian  kanan kepala dan dilanjutkan dengan bagian kiri kepala….[Muttafaqun  'alaih]
5. Menyisir Rambut
Rambut  Rasulullah kadang-kadang sampai cuping telinga. Terkadang juga rambut  beliau sampai mengenai pundak. Dengan rambut seperti ini, beliau selalu  memperhatikan kebersihan dan keindahannya. Beliau menyisir dan  meminyakinya sehingga tampak bersih dan indah. Tidak kotor terkena debu  atau malah menjadi sarang kutu hingga mengakibatkan rambut menjadi  menjijikkan.
Dalam menyisir dan meminyaki  rambut, beliau memulainya dari sebelah kanan. Hal ini sesuai dengan  kandungan hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha:
كَانَ  النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ  وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ ,فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَ تَنَعُّلِهِ
"Rasulullah lebih menyukai  menggunakan sebelah kanan dalam urusan-urusan beliau; dalam bersuci,  menyisir dan mengenakan sandal" [HR. al-Bukhari Muslim]
6. Mengenakan Baju (Pakaian)
Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
إِذَا لَبِسْتُمْ وَإِذَا تَوَضَّأْتُمْ فَابْدَءُوا بِأَيَامِنِكُمْ
"Jika kalian akan mengenakan  pakaian dan berwudhu, mulailah dengan sebelah kanan kalian" [HR. Abu  Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih]
7. Memakai Sandal (Sepatu)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
أَنَّ  رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا انْتَعَلَ  أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيَمِينِ وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ  بِالشِّمَالِ ….
"Bahwasanya Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian  akan mengenakan sandal, hendaknya memulai dengan kaki kanannya. Dan  apabila akan melepasnya, hendaknya memulai dengan kaki kirinya…"  [Muttafaqun alaihi]
Selain hal-hal di atas, masih  banyak perkara yang mesti dikerjakan dengan tangan kanan. Imam an-Nawawi  rahimahullah telah menjelaskan secara mendetail dalam kitab Riyâdhush  Shâlihin. Perkara-perkara itu adalah mengenakan celana, memasuki masjid,  bersiwak, bercelak, memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu  ketiak, berjabat tangan, memegang Hajar Aswad, menyerahkan dan menerima  sesuatu, keluar dari kamar mandi dan lain sebagainya.[7]
8. Menggunakan Tangan Kiri
Telah  berlalu riwayat dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakan tangan kiri pada  perkara-perkara yang mengandung kotoran. Syaikh Salim al-Hilali  mengatakan: “Tangan kiri tidak dipergunakan kecuali pada perkara-perkara  yang menjijikkan dan perbuatan-perbuatan yang tidak mengandung unsur  kemuliaan.[8]
Alasan penggunaan tangan kiri  dalam masalah-masalah kotor ini dalam rangka memuliakan tangan kanan.  Sebab tangan kanan lebih afdhal ketimbang tangan kiri.[9]
Dalam syariat telah diatur,  bahwa istinja’ (menggunakan air dalam bersuci dari buang hajat),  istijmâr (bersuci dari buang hajat dengan bebatuan) dilakukan dengan  tangan kiri. Sahabat Salmân al-Fârisi Radhiyallahu 'anhu menceritakan:
نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِأَيْمَانِنَا …
"Rasulullah melarang kami  menghadap kiblat saat buang air besar, kencing dan melarang kami  melakukan istinja` dengan tangan kanan… " [HR. an-Nasâi]
Penggunaan tangan kiri, menurut  Imam an-Nawawi rahimahullah juga dilakukan saat seseorang akan membuang  ingusnya. Arah kiri pun seyogyanya dipilih oleh seseorang untuk membuang  ludahnya. Dan ketika seeorang keluar dari kamar mandi (toilet), atau  masjid, kaki kiri lah yang didahulukan. Sementara persoalan melepas  sandal, sepatu, celana dan pakaian, juga dengan mendahulukan tangan atau  kaki kiri.[10]
E. Mengenakan Jam Tangan
Sebagian  orang beranggapan, pemakaian jam tangan lebih baik di tangan kanan.  Dalih mereka, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai  sebelah kanan. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Sebab, Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu terkadang mengenakan cincin di  tangan kiri. Dan arloji mengandung sisi kemiripan dengan cincin. Atas  dasar itu, Syaikh al-‘Utsaimin memandang permasalahan ini longgar. Tidak  pengutamaan memakai tangan kanan daripada tangan kiri. Bisa dipakai di  tangan kanan atau kiri. Tidak ada masalah.[11]
F. Penutup
Seorang  Muslim telah memiliki identitas diri yang mulia karena segala tindak  tanduknya berlandaskan pada ajaran Rasulullah Muhammad Shallallahu  'alaihi wa sallam. Beliau mengajak umat menuju kepada kesempurnaan adab.  Tidak sepatutnya perkara-perkara semacam ini disepelekan. Sebab,  bagaimanapun, itu semua bagian dari agama Islam. Wallahu a’lam.
Maroji' :
Syarhu Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn, Madârul Wathan, Cetakan tahun 1425 H
Bahjatun Nâzhirin Syarhu Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Salîm al-Hilâli, Dar Ibnil Jauzi Cet. VIII Th. 1425
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta]
_________
Footenote :
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/2632/slash/0
Footenote :
[1]. Lihat Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/177)
[2]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[3]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/180)
[4]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/170)
[5]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/173)
[6]. Ibid
[7]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[8]. Bahjatun Nâzhirin (2/46)
[9]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/180)
[10]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[11]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/177) 
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/2632/slash/0
 









0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.